kampus desa|Wednesday, November 27, 2013
You are here: Home » Uncategorized » Catatan Perjalan ke Pattani: Jangan Sebut Mereka Orang Thai Tapi Muslim Pattani

Catatan Perjalan ke Pattani: Jangan Sebut Mereka Orang Thai Tapi Muslim Pattani 

Laporan Khusus

Rabu 16 Muharram 1435 / 20 November 2013 14:17

HARI masih pagi ketika kami dari JITU (Jurnalis Islam Bersatu) bersama dengan tim Road for Peace bergerak ke Narathiwat, setelah sebelumnya di guest house tempat kami menginap, diputuskan tim dibagi menjadi dua.

Meski tim dibagi dua, keduanya dengan tujuan yang sama yaitu menggali sedalam-dalamnya informasi terkait korban-korban kekejaman rezim Buddha Thailand dan melihat serta bertemu langsung dengan para korban termasuk janda-janda yang suaminya tewas oleh kekejaman rezim Thailand.

Menempuh perjalanan sekitar setengah jam dari kota Yala, kami mulai menyusuri jalanan luas di wilayah Pattani. Hampir beberapa ratus meter sekali, kami bertemu dengan barikade serta tentara rezim Thailand yang berjaga-jaga di tepi jalan, seakan-akan mereka ingin memberikan syok terapi kepada kami.

Perjalanan panjang kami melewati jalan raya utama mulai berbelok memasuki wilayah perkampungan yang kanan kirinya ditumbuhi rerumputan serta perkebunan karet milik warga setempat. Meski jalanan kampung yang sedikit rusak, namun beberapa kali kami berpapasan dengan mobil sedan serta SUV dobel kabin yang untuk ukuran di Indonesia termasuk mobil ‘mewah’.

Selama perjalanan, dokter Ardi yang merupakan aktivis kemanusiaan Malaysia meminta kami untuk tidak menyebut warga lokal sebagai penduduk Thailand. “Nanti sampai kita di sana, jangan sekali-kali abang menyebut mereka penduduk Thailand, mereka bisa marah,” ujar dokter asli Indonesia yang sekarang bekerja di Malaysia dan beristrikan warga Malaysia tersebut kepada kami. “Sebut saja mereka rakyat Pattani atau bangsa Muslim Pattani,” tambah beliau.

Bagi kami, sesuatu yang wajar jika penduduk lokal Pattani tidak terima mereka disebut sebagai warga Thailand karena dari banyak sisi mereka merasa sangat berbeda jauh dengan Thailand yang beragama Buddha dan berbahasa Siam tersebut. Belum lagi jika mengingat bagaimana kekejaman tentara Thailand kepada mereka serta sejarah panjang penjajahan kerajaan Siam di bumi Melayu
Muslim Pattani.

Hanya butuh sekitar sepuluh menit kurang dari jalan raya utama, dua rombongan mobil yang kami naiki sampai di lokasi kampung tempat insiden ‘pertempuran’ antara pejuang Pattani dengan tentara Thailand terjadi pada 5 Oktober lalu.

Kami disambut dengan ramah oleh keluarga korban, meskipun secara komunikasi masih agak sulit memahami bahasa Melayu yang mereka ucapkan. Akan tetapi raut wajah tulus penuh keikhlasan bisa terpancar dari wajah-wajah mereka ketika menyambut kami.

Setelah sedikit berbasi-basi sebentar di dalam rumah sederhana milik keluarga korban, kami langsung diantar oleh pihak keluarga ke lokasi-lokasi tempat terjadinya pertempuran serta penyiksaan yang terletak di sekitar rumah. [bersambung]

Redaktur: Al Furqon

Source: http://www.islampos.com/catatan-perjalan-ke-pattani-jangan-sebut-mereka-bangsa-thai-tapi-bangsa-muslim-pattani-87247/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=catatan-perjalan-ke-pattani-jangan-sebut-mereka-bangsa-thai-tapi-bangsa-muslim-pattani

Add a Comment